Kabupaten Banggai Kepulauan

Kabupaten Banggai Kepulauan merupakan wilayah pemekaran dari induknya Kabupaten Banggai. Daerah ini dibentuk bersamaan dengan dua daerah kabupaten lainnya berdasarkan UU No.51 Tahun 1999 yang diterbitkan pada tanggal 4 Oktober 1999. UU tersebut mengatur Tentang Pembentukan Kabupaten Buol (Pemisahan dari Kabupaten Buol-Tolitoli), Kabupaten Morowali (Pemisahan dari Kabupaten Poso) dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Pemisahan dari Kabupaten Banggai).
Berdasarkan Undang-Undang tersebut luas wilayahnya terdiri atas wilayah daratan 3.160.46 km2 dan wilayah laut 18.828.10 km2.
Secara geografis, Banggai Kepulauan terletak pada kordinat 10 06’ 00” – 20 20’ 00” LS dan 1220 40’ 00” – 124¬013’ 30” BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Peleng/Laut Maluku, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tolo dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Peleng.


Benggawi Media Online Home

Pembangunan Ekonomi Banggai Kepulauan.

Meskipun sebagai daerah kepulauan dengan  wilayah perairannya yang sangat luas, namun Banggai Kepulauan  tidak hanya mengutamakan pada pembangunan di bidang kelautan. Pengembangan bidang pertanian tanaman pangan juga dilakukan, terutama di Pulau Peling yang termasuk pulau terbesar.
Oleh karena itu pembangunan ekonomi Kabupaten Banggai difokuskan pada sektor industri dengan dukungan sektor pertanian menjadi lebih penting. Hal ini disebabkan sebagian besar pendudukmya berusaha di bidang pertanian. Karena  alasan itu pembangunan  industri diarahkan untuk  memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku. Usaha di sektor pertanian yang diusahakan penduduk mencakup pada pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Secara sektoral menurut lapangan usaha menunjukan sektor pertanian mempunya peranan terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banggai Kepulauan atas dasar yang berlaku, yaitu sebesar 47,33%. Tahun sebelumnya tercatat 48,72%, menyusul sektor perdagangan, perhotelan dan restoran sebasar 22,50%. Usaha pertanian tanaman pangan, khusunya padi sawah pada tahun 2007 mengalami peningkatan produksi dibanding dengan produksi pada tahun 2006, yaitu dari 1.230 ton menjadi  2.073 ton atau naik sebesar 68,54%. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya luas panen dari 427 ha tahun 2006 menjadi 692 ha pada tahun 2007. Khusus di Kecamatan Tinangkung dan Totikum luas panen padi sawah tercatat  sekitar 562 ha dengan produksi sekitar 1.643 ton atau tingkat produktifitas sebesar 60 kuintal per ha.
Selain padi, potensi tanaman palawija juga termsuk potensial. Antara lain seperti singkong, ubi Banggai, ubi jalar, kacang tanah dan jagung. Sedang komoditas kacang tanah Banggai Kepulauan termasuk yang bermutu tinggi dan tanaman yang satu ini sudah sejak lama menjadi komiditi antar pulau.
Tanaman hortikultura di Banggai Kepulauan ternyata mempunyai masa depan yang cukup menjanjikan. Hingga kini tanaman hortikultura yang telah berkembang dengan baik adalah durian, manggis, langsat, nenas, pisang, nangka, papaya, jeruk dan sebagainya.
Luas lahan perkebunan di daerah ini tercatat seluas 53.057.351 ha dengan jumlah produksi 54.130.861 ton terdiri dari kelapa dalam, kopi, cengkeh, mente, kakao dan kemiri. Secara rinci luas lahan dan jumlah produksi tanaman perkebunan rakyat yang dipanen pada setiap semester berdasarkan jenis tanaman, sebagai berikut: kelapa dalam dengan kuas lahan 22.766 ha  jumlah produksi dalam bentuk kopra 22.252 ton. Luas lahan tanaman kakao 7.429 ha dengan produksi biji kering sebesar 5.557 ton. Luas lahan tanaman cengkeh 3.843 ha dengan jumlah produksi berupa bunga kering sebesar 1.928 ton. Luas lahan tanaman Jambu mete 10.735 ha dan jumlah produksi 2.062,9 ton. Luas lahan tanaman kemiri 1.367 ha dengan jumlah produksi 67,0 ton. Luas tanaman Vanili 75 ha dengan produksi 1 ton. Kopi robusta luas lahannya 267 ha dengan produksi 15 ton. Lada 31 ha dengan produksi 2,7 ton sedang pala luasnya 14 ha dengan produksi 1,0 ton. Soeria Lasny.


Benggawi Media Online Home

Kaledo Dimata Emil Salim

Meskipun sebagai orang Minang, namun Tokoh Nasional Prof. DR.Emil Salim tidak hanya membangkakan orang Minang, melainkan semua etnik juga menjadi kebanggannya. Termasuk warga Palu yang mendapat catatan khusus di hatinya.
Dalam suatu kegiatan kampanye Pemilu tahun 1982, di depan ribuan masa Golkar yang membanjiri Lapangan Bola Palu Putra, ia memuji calon Golkar, Prof.DR.A.M.Matulada sebagai Rektor Untad (ketika itu) dalam melahirkan tenaga-tenaga akhli mengapa Kampus Untad tidak di bangun di areal yang subur, melainkan di atas tanah yang gersang? Dijawabnya, karena menurut Matulada mahasiswa yang ditempa di atas tanah yang subur hanya akan melahirkan ahli-ahli yang tidak berbobot. Tapi kalau ia dilahirkan di daerah yang gersang dan tandus, maka percayalah Untad akan melahirkan pemimpim-pemimpin yang tahan banting. Bayangkan saja, ungkap Emil Salim, di tempat lain kalau orang membuat sup akan menggunakan daging sapi. Tapi di Palu ini, orang membuat sup justru dengan tulang sapi. Bayangkan saja kerasnya tulang sapi yang harus dikunyah..... Massa pun tertawa gemuruh menyambut ungkapan Emil Salim tersebut.
Dan setelah  sekian tahun lamanya sejak ungkapan Emil Salim tentang sup tulang sapi itu, makanan khas Kaili itu telah mengalami kemajuan dalam dunia kuliner daerah. Di Jalan Emi Saelan Palu sekarang, ada warung yang menjual menu  Kaledo tanpa tulang. Mungkin ini akibat gurauan Emil Salim, sehingga Kaledo perlu ditampilkan dengan cita rasa baru untuk bisa bersaing dengan Coto Makassar, Sop Kondro dari Sulawesi Selatan atau makanan khas daerah lainnya, seperti Rawon dari Jawa dan Sop Padang dari Sumatera Barat.(Soeria Lasny).


Benggawi Media Online Home

Mengenal Potensi Hutan Banggai Kepulauan

Sebagai Kabupaten Kepulauan setidaknya akan memberikan kesan bagi Anda bahwa daerah ini hanya memiliki potensi kelautan saja. Anggapan itu tentu tidak benar. Kawasan hutan di Pulau Peling, Banggai dan beberapa pulau lainnya memiliki potensi yang sangat besar bagi daerah ini. Baik untuk kepentingan permbangunan di bidang kehutanan itu sendiri, juga dapat dijadikan obyek kepariwisataan. Besarnya potensi yang terkandung dalam kawasan hutan Banggai Kepulauan dipastikan akan memberi manfaat yang besar pula bagi pemerintah dan rakyatnya untuk masa yang akan datang.
Atas kenyataan itu, ke depan Banggai Kepulauan akan dapat menawarkan kepada kalangan ilmuan untuk menjadikan kawasan hutan yang kaya akan berbagai jenis  flora dan fauna ini sebagai lokasi penelitian. Setidaknya untuk  melakukan kegiatan leisure yang merupakan salah satu pilihan para turis asing bila berkunjung ke Indonesia. Dalam kegiatan ini antara lain untuk menyaksikan berbagai jenis satwa yang hidup dalam suatu kawasan hutan.  
Selama ini para ilmuan atau katan saja para peneliti lebih terfokus pada bidang kelautan yang hasilnya sudah banyak disebarluaskan ke berbagai media online melalui internet. Beberapa penemuan dalam b idang kelautan Banggai Kepulauan ini, memang sangat menakjubkan. Tidak menutup kemungkinan satu ketika ada peneliti yang berhasil menemukan jenis flora tau fauna yang langka dan hanya terdapat di kawasan hutan Banggai Kepulauan, seperti halnya Cardinal banggai fish di bidang kelautan yang sempat mengejutkan para oceanolog di berbagai belahan dunia. Insya Allah. (Soeria Lasny)


Benggawi Media Online Home

Pulau Bakalan Sebagai Obyek Wisata Ideal

Membicarakan masalah kepariwisataan Banggai Kepulauan, rasanya tak akan ada habis-habisnya, saking banyaknya obyek yang dapat dikembangkan menjadi salah satu unsur kekuatan yang dapat mendukung Penghasilan Asli Daerah (PAD).
Salah satunya ialah situs purbakala di pedalaman Pulau Peling. Selain itu, yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Pulau Bakalan Pauno (Pauno Kecil) dan Pulau Bakalan Besar. Keduanya terletak pada mulut Teluk Bakalan Pulau Peling. Luas Pulau Bakalan sekitar 20 km2, dimana terdapat 3 desa, masing-masing Bungin, Bakalan dan Bulungkobit termasuk dalam Kecamatan Totikum. Pantai timur pulau ini berhadapan langsung dengan laut bebas. Dari situ dapat disaksikan munculnya matahari pagi yang tersembul dari balik tepi lautan di seberang sana dengan warna merah merona bagai bola lampu yang besar. Suatu keindahan alam yang sangat menakjubkan. Keindahan alam pagi ini akan lebih mempesona lagi dilihat dari atas ketinggian bagian timur Pulau Bakalan Pauno. Di pantai ini terbentang pasir putih alami yang bebas dari segala polusi. Bila musim timur tiba antara bulan November s/d April gelombang yang menerpa pantai ini sangat besar sehingga bisa menjadi tempat yang ideal untuk kegiatan selancar angin. Selain itu bila bulan purnama datang, di tempat ini dapat disaksikan penyu-penyu yang akan bertelur mendarat di pasir putih bersih itu.
Pasir putih bercampur kerikil juga terdapat di pantai selatan Pulau Bakalan. Karena lokasinya yang strategis sepanjag musim pantai selatan Pulau Bakalan ini terlindung oleh gelombang. Dari tempat ini pula dapat disaksikan Monumen Jayawijaya yang terletak di atas bukit Trikora kota Salakan. Potensi biotis di kawasan ini didominasi oleh kelelawar. Bila senja menjelang malam tiba ribuan satwa hitam ini keluar dari tempat peraduannya untuk mencari mangsa.
Selain Pulau Bakalan, masih ada lagi pulau yang menyimpan keindahan bila dilihat dari kacamata pariwisata. Yang dimaksud adalah sebuah pulau kecil Telopapaon atau Pulau Lakoi. Tapi lebih popular dengan pulau burung. Luasnya hanya sekitar 80 ha. Menurut peta Hidro Oceanografi TNI Angkatan Laut, pulau ini terletak pada kordinat 20 10’ LS dan 1230 BT, masuk dalam wilyah Kecamatan Labobo. Seperti Pulau Bakalan, pulau ini juga memiliki pantai pasir putih yang tak kalah indahnya. Sedang perairan di sekitar pulau ini ditemukan terumbu karang dimana hidup berbagai jenis ikan hias.
Pada bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan Desember s/d Maret dimana angin utara berhembus, pulau ini dipenuhi oleh berbagai jenis burung yang terbang dari berbagai arah. Diantaranya terdapat sejenis burung langka, yaitu burung Dandunai (dalam bahasa Bajo) dan dalam bahasa Banggai disebut Burung Nduluna atau Burung Emas. Dalam musim Utara itu, ribuan Burung Dandunai datang mencari jodoh. Setelah betinanya bertelur dan mengeraminya hingga menetas, induknya memelihara anak-anaknya hingga bisa terbang dan mencari makanannya sendiri.
Menurut Graig Robson (1988) dalam bukunya A Field Guide To The Birds Of Southeast menetapkan burung ini sebagai Nicobar Pigeon (Merpati Nicobar) atau dalam bahasa latinnya Caleonas nicobarica. (Soeria Lasny)


Benggawi Media Online Home

Marlin Malida, Dimana Keberadaanmu Sekarang? (1)

Kisah di bawah ini adalah laporan  Soeria Lasny tentang seorang gadis Bangkep yang menderita tumor ovarium, dimuat di Harian Sinar Harapan Jakarta pada tanggal 6 Februari 1985. dimana ia bekerja sebagai wartawan media tersebut.
Seorang gadis Bangkep, Marlin Malida ketika itu berusia 28 tahun tinggal di Salakan ibukota Kecamatan Tinangkung, sekarang ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan. Dalam usia 28 tahun, ia termasuk seorang gadis yang sudah dewasa yang siap memasuki perkawinan kapan saja bila ada pria yang berhasrat melamarnya sebagai istri. Namun harapan yang dia tungu-tunggu itu tak juga kunjung datang hingga pada suatu hari ia mulai merasakan seperti ada sesuatu yang berada dalam perutnya. Dari hari ke hari, bulan demi bulan, perutnya semakin membesar.Dengan perutnya yang semakin membesar itu, orang-orang di kampungnya memastikan Marlin hamil. Kondisi perutnya yang terus membesar itupun menjadi pergunjingan orang-orang sekampungnya. Menghadapi kenyataan tersebut, aparat desa dan tokoh masyarakat setempat, menanyakan langsung kepada Marlin, siapa gerangan pemuda yang menghamilinya. Marlin tak mengaku dirinya hamil dan iapun tak pernah melakukan zinah dengan pria manapun.
Tak percaya dengan pengakuan Marlin, aparat desa dan tokoh masyarakatpun berinisiatif mengumpulkan para pemuda dan menanyai satu demi satu apakah ada diantara meraka yang pernah melakukan hubungan sex dengan Marlin. Namun tak seorangpun diantara para pemuda itu yang mengaku telah berbuat maksiat sebagaimana kecurigaan yang berkembang di masyarakat setempat. Namun demikian, meskipun tak ada pengakuan dari para pemuda, isu yang menyatakan Marlin hamil terus saja berkembang. Bahkan ketika perut Marlin semakin membesar, orang-orang dikampungnya pun menunggu kapan ia akan melahirkan untuk membuktikan bahwa ia memang hamil. Namun setelah sembilan bulan kemudian, peristiwa kelahiran yang ditunggu-tunggu itu juga tak pernah terjadi. Tak tahan dengan pergunjingan yang terus mengganggu ketenangan keluarga Marlin, akhirnya ayahnya membawa keluarganya hijrah ke kebunnya. Di sanalah Marlin Malida menjalani hidupnya dengan kondisi perutnya yang terus membesar.
Pada akhirnya, masyarakat dikampung Marlin berbalik menjadi prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata Marlin menderita tumor dan masyarakat pun menyadari bahwa gadis yang tak berdosa itu selama mini telah menjadi korban fitnah.
Sementara itu, tumor terus hidup membesar dan mendorong organ lainnya dalam perus Marlin, menimbulkan rasa nyeri yang tak berkesudahan dan semakin merepotkan.  Sejak tiga tahun terakhir kemudian, kebebasan Marlin semakin terbatas dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Ia harus lebih banyak berada di tempat tidur dan hidupnyapun semakin bergantung pada orang lain. Dudukpun terasa sulit, apalagi berjalan sendiri untuk buang hajat atau ngerakan lainnya karena tubnuhnya yang semakin kurus itu sudah tak kuasa lagi menerima beban tumor yang semakin memberat. Akhirnya terus terbaring dengan hati yang pasrah.......Bersambung


Benggawi Media Online Home

Rumput Laut Dari Bangkep Untuk Apa?

Petani Rumput Laut

Rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor Banggai Kepulauan. Banyak pihak yang terlibat dalam persoalan rumput laut ini. Mulai dari rakyat kecil yang bergelut melakukan budidaya terhadap komoditi yang satu ini, hingga para pengusaha pengumpul rumput laut hingga  eksportir dengan modal milyaran Rupiah. Namun mereka tak pernah mengetahui untuk apa rumput laut yang mereka produksi tersebut. Bagi rakyat kecil itu tidak penting. Yang penting mereka mendapatkan hasil dari jerih payahnya untuk menghidupkan keluarga.
Rumput laut yang tumbuh di perairan Banggai Kepulauan merupakan jenis yang samngat baik maupun pertumbuhannya bila dibudidayakan.
Berdasarkan hasil penelitian, rumput laut yang terdapat di perairan Banggai Kepulauan ini ialah  Eucheauma Spinosum, Eucheuma Eddule (Cotonoli), Hypnea dan Gracillaria. Kedua jenis terdahulu merupakan jenis yang berkualitas ekspor dengan kadar keragian yang tinggi. Jenis ini tumbuh tetap pada suatu tempat tertentu, sedang jenis Hypnea dan Gracillaria bertumbuh secara liar.
Jenis Eucheuma Spinosum meruapakan bahan baku bagi industri sebagai stabillized pengalengan ikan maupun pengalengan makanan lainnya. Selain itu rumput laut juga dijadikan bahan baku untuk binder odol pada industri odol, capsul obat, cosmetik (hand locion) dan sebagainya. Rumput laut ini juga dapat diolah menjadi makanan agar. Dengan demikian, selama rumput laut ini dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan industri sebagaimana diutarakan di atas, selama itu pula rumput laut akan tetap dibutuhkan.(Soeria Lasny)   


Benggawi Media Online Home

Galery Foto





  


Benggawi Media Online Home

Fotografi

Penyajian foto-foto di bawah ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta (Copyright Soeria Lasny). Karena itu tidak boleh dikutip atau digandakan untuk kepentingan apapun juga tanpa izin lebih dahulu.
Sejak beberapa dasawarsa terakhir ini, dunia fotografi telah berkembang sangat pesat, sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Fotografi pada abad ini telah memegang peran penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti dalam bidang ekonomi, hukum, pendidikan, kesehatan dan sebagainya terutama dalam bidang jurnalistik.
Foto-foto di bawah ini merupakan karya foto jurnalistik yang diambil di berbagai lokasi dan peristiwa yang terjadi di Sulawesi Tengah. Semoga foto-foto ini dapat bermanfaat bagi mereka bagi para penggemar dunia fotagrafi. 








Benggawi Media Online Home

Tentang Kami: Mengapa Benggawi?

Kami mengucapkan selamat datang atas kunjungan Anda di Benggawi Media Online. Harapan kami semoga apa yang selama ini Anda cari  tentang  sebuah wilayah  yang belum Anda kenal secara luas, dapat ditemukan di media ini. Melalui media ini, Anda akan dapat mengenal lebih dekat tentang Kabupaten Banggai Kepulauan yang berada di perairan Teluk Tolo Provinsi Sulawesi Tengah. Selain kehidupan budaya penduduknya yang multi etnik, potensi daerah ini yang mencakup berbagai jenis komoditi, seperti hasil laut, pertanian & perkebunan, pertambangan, pariwisata dan sebagainya juga merupakan bagian dari penyajian kami. Oleh karena itu,  bila Anda seorang pengusaha yang berniat menginvestasikan modal ke  daerah, Benggawi Media Online akan memberikan informasi yang lengkap tentang potensi sumber daya alam Banggai Kepulauan. 
Sebagai daerah baru hasil pemekaran dari Kabupatn Banggai sebagai induknya, selama ini Kabupaten Banggai Kupulauan kurang mendapat porsi pemberitaan di media masa yang layak, baik radio, televisi maupun media cetak. Pemberitaan di media massa lokal, gaungnya kurang menjangkau secara nasional. Karena itu, potensi sumber daya alamnya serta proses pembangunan yang sedang berjalan di wlayah kepulauan ini tidak banyak diketahui secara luas. 
Kami bisa hadir dan berkiprah di dunia maya, karena dorongan semangat Wartawan Senior Sulawesi Tengah Soeria Lasny. Karena itu kami percaya atas bimbingannya, Benggawi Media Online akan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai media komunikasi dan informasi yang handal berlandaskan keimanan, kejujuran dan kepercayaan.    
Atas kenyataan itu, telah mendorong  kami berempat Soeria Lasny, Iskandar Djiada,S.Sos, Ambang  dan Iqbal ..... memberanikan diri tampil sebagai Kwartet Benggawi untuk ikut berkiprah di dunia maya dengan bendera Benggawi Media Online.
Mengapa Benggawi? Dalam buku Negara Kartagama yang ditulis pada tahun Saka 1278 (1365 Masehi) oleh Pujangga Majapahit bernama Mpu Prapanca terdapat ungkapan tentang wilayah-wilayah Keprabuan ajapahit, termuat dalam seuntai syair no.14 bait ke-5 tertulis nama Benggawi. Selengkapnya sebagai berikut:
Ikang aakanusanusa Makassar, Buntun, Benggawi,
Kunir Ggaliyuo mwang ling Salaya Sumba Solor Muwar
Muah tikang i Wandan Ambwa athawa Maluko Wwannin
Ri Seran i Timor makadi ningageka nusatutur.
Makasar=Makassar, Buntun=Buton, Benggawi=Banggai, Kunir=P.Lunyit, Salaya=Selayar, Ambwa=Ambon, Maluko=Maluku, Wwannin=P.Onin....dst.
Itulah Benggawi yang tercantum dalam sejarah Nusantara,  kami gunakan untuk menunjukan identitas sebagai Kwartet Benggawi.
Karena alasan itu pula kami  tampil secara profesional  mengusung sepotong idealisme  sebagai anak bangsa untuk menyuarakan kepentingan Rakyat Banggai Kepulauan yang sebagian masih terbelenggu kemiskinan. 
Kami bekerja secara independen dan tidak terikat pada salah satu organisasi kemasyarakatan maupun partai politik.

Salam Hangat Kwartet Benggawi






Benggawi Media Online Home

Potensi Wisata Bahari Di Perairan Teluk Tolo

Secara geografis wilayah perairan Teluk Tolo merupakan wilayah tiga kabupaten yang terdiri atas Kabupaten Morowali, Banggai dan Banggai Kepulauan. Wilayah perairan yang sangat luas ini, memiliki biota laut yang sangat besar. Oleh karena itu perairan ini tidak hanya dapat dijadikan sebagai lokasi penelitian dalam bidang oceanologi, malainkan dapat pula dijadikan sebagai obyek wisata bahari. Potensi sumber daya alam bawah laut di perairan Telok Tolo ini merupakan tempat yang paling ideal untuk melakukan kegiatan diving, snorkelling, fishing, sailing, surfing dan kegiatan lain untuk menikmati keindahan alam bawah laut, terutama di perairan Bnaggai Kepulauan. Di sejumlah lokasi dalam wilayah perairan Kabupaten Banggai Kepulauan ini
dijumpai beberapa tipe terumbu karang seperti barier reef, atol reef, pringng reef dan pacth reef. Dari hamparan terumbu karang itu secara alami telah membentuk taman laut yang indah dan merupakan modal bagi Banggai Kepulauan untuk mengembangkan pembangunan kepariwisataan ke depan.
Potensi wisata bahari Indonesia telah diakui dunia internasional yang tersebar di beberapa daerah pesisir. Namun tidak semua daerah-daerah yang dimaksud dapat dikunjungi secara mudah, saking minimnya alat transportasi yang bisa digunakan. Tapi untuk berkunjung ke Banggai Kepulauan sangat mudah. Baik melalui jasa angkutan laut maupun dengan menggunakan fasilitas penerbangan. Bandara S.A.Amir Luwuk ibukota Kabupaten Banggai, setiap hari didarati pesawat-pesawat jenis Boeing Seri 300 dari sejumlah kota di Jawa dan Bali melalui transit di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.(Soeria Lasny)


Benggawi Media Online Home




Benggawi Media Online Home

Sejarah Kerajaan Banggai

Sekitar abad ke-13, masa pada masa keemasan kerajaan Singosari yang berpusat di jawa Timur, ketika itu Singosari di bawah kekuasan terakhir dan terbesar yaitu Kertanegara ( 1268-1292 ), nama Banggai telah di kenal dan menjadi bagian kerajaan Singaosari. Berikutnya, sekitar abad 13-14 Masehi pada masa kerajaan Mojopahit yang juga berpusat di Jawa Timur, ketika tampuk pemerintahan di pegang raja terbesar Mojopahit bernama Hayam Wuruk ( 1351-1389 ) saat itu kerajaan Banggai sudah dikenal dengan sebutan "BENGGAWI"dan menjadi bagian kerajaan Mojopahit. Bukti bahwa kaerajaan Banggai sudah di kenal sejak zaman Mojopahit dengan nama Benggawi setidaknya dapat di lihat dari apa yang telah di tulis seorang pujangga Mojopahit yang bernama Mpu Prapanca dalam bukunya"Negara Kartagama" buku bertarikh caka 1478 atau tahun 1365 Masehi,yang dimuat dalam seuntai syair nomor 14 bait kelima sebagai berikut "Ikang Saka Nusa-Nusa Mangkasara,Buntun Benggawi,Kuni,Galiayo,Murang Ling Salayah,Sumba,solor,Munar,Muah,Tikang,I Wandleha,Athawa Maloko,Wiwawun ri Serani Timur Mukadi Ningagaku Nusantara".(Mangkasara = Makasar, Buntun = Buton, Benggawi = Banggai, Kunir = Pulau Kunyit,Salayah = Selayar, ambawa = Ambon,Maloko = Maluku ). Hayam Wuruk ingin mempersatukan Nusantara lewat sumpah Palapa yang di ucapkan sang Pati Gajah Mada.Dengan sumpah tersebut Hayam Wuruk makin terkenal dengan programnya mempersatukan Nusatara.

Di daerah yang sekarang kita kenal sebagai Kabupaten Banggai pernah bediri kerajaan-kerajaan kecil.Yang tertua bernama kerjaan bersaudara Buko dan Bulagi.letak kerajaan Buko dan Bulagi berada di pulau Peling belhan barat.Kemudian muncul keajaan-kerajaan baru seperti, Kerajaan Sisipan, Kerajaan Lipotomundo, dan Kadupadang.Semuanya beada di pulau Peling bagian tengah (sekarang kecamatan Liang).Sementara di bagian pulau Peling sebelah timur (sekitar Kecamatan Totikum dan Tinangkung) waktu itu telah berdiri kerajaan yang agak besar yakni kerajaan Bongganan. Upaya unntuk memekarkan kerjaan Bongganan dilakukan Pangeran dan beberapa bansawan kerajaan akhirnya membuahkan hasil bila sebelumnya wilayah kerajaan banggai hanya meliputi pulau Banggai, kemudian dpat diperlebar.



Benggawi Media Online Home

Monumen Jayawijaya Salakan

Keberadaan Monumen Jayawijaya yang tegak berdiri dengan megah di atas bukit Trikora Salakan, ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan tidak banyak diketahui masyarakat secara luas . Bahkan masyarakat Sulawesi Tengah sendiri juga tidak banyak yang mengetahui mengapa monumen tersebut dibangun di kota Salakan. Padahal Monumen Jayawijaya merupakan simbol perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kembali Irian*) Barat yang dikuasai Belanda ke pangkuan ibu pertiwi, setelah pengakuan kedaulatan kepada Republik Indonesia.
Mengenai persoalan Irian Barat, berdasarkan kesepakatan dalam sejumlah perundingan maupun melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Belanda dan Indonesia serta usaha-usaha melalui PBB, wilayah Irian Barat harus diserahkan kepada Republik Indonesia. Namun Belanda tidak mematuhinya.
Karena alasan itu, setahun kemudian atau tepatnya pada tanggal 27 Desember 1950 Indonesia akhirnya menjadikan tanggal tersebut sebagai titik tolak perjuangan pembebasan Irian Barat. Sejak itu berbagai upaya dalam bidang diplomasi dilakukan Indonesia. Namun tiap kali tuntutan nasional tersebut di


Benggawi Media Online Home

Potensi Kelautan Banggai Kepulauan

Luasnya wilayah perairan kabupaten kepulauan ini, di dalamnya menyimpan potensi kelautan yang sangat besar. Namun dibanding dengan luasnya kawasan perairan pengelolaan sumberdaya kelautan belum termanfaatkan secara optimal. Disamping itu belum banyak calon investor yang melirik daerah ini untuk menanamkan modalnya dalam sub sektor periknan.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Sulteng, di kawasan perairan Teluk Tolo tercatat sedikitnya 49 jenis ikan laut ekonomis (Pelagis) dan 46 jenis ikan laut Demersial. Tapi yang lebih mengagumkan lagi mengenai biota laut Banggai Kepulauan ini ialah hasil penelitian Tim Coral Cay Conservation (CCC) dari Inggris. Sejumlah pakar kelautan dan biologi dalam tim tersebut mencatat sedikitnya ditemukan 485 spesies ikan, molucsa dan kerang.
Beberapa jenis ikan Pelagis diantaranya adalah ikan Tongkol (Auds Sp), Cakalang (Katsuwonus Sp), Tenggiri (Scomberomonus Sp). Jenis ikan Demersial antara lain Ekor Kuning (Caesio Sp), Kerapu Bebek (Cromileptes Sp), Kerapu Karang (Chepalopolis) dan Kakap Hitam (Lobates Sp). Disamping itu juga ditemukan sejumlah ikan hias berbagai jenis. Diantaranya ialah ditemukannya jenis ikan langka dan hanya terdapat di perairan Banggai Kepulauan, yaitu ikan


Benggawi Media Online Home

Budaya & Pariwisata Banggai Kepulauan

Seperti umumnya daerah-daerah di Indonesia, selain penduduk asli juga pendatang dari luar
daerah ini dengan beragam etnik. Penduduk asli Banggai Kepulaun terdiri dari Suku Banggai,
Saluan dan Balantak sebagai etnik terbesar. Menyusul para pendatang dari Gorontalo, Bugis, Makassar, Mandar, Minahasa, Jawa dan dari sejumlah daerah lainnya yang telah menjadi bagian dalam suatu kesatuan demografi dan budaya Banggai Kepulauan. Termasuk dari daerah tetangga, seperti Poso, Tojo Unauna, Mori dan Bungku. Dari segi kepercayaan, masyarakat Muslim merupakan penduduk mayoritas, menyusul masyarakat Kristen Protestan, Katolik dan kepecayaan lainnya yang diakui Pemerintah.


Benggawi Media Online Home

PRIMBON RAMALAN JODOH SAKTI

Read more: BEBEN RASTA